Hai kamu. Cerita ini tidak semua fiktif, dan tidak semua terjadi pada aku atau kamu yang saat ini sedang membaca. Hanya saja…. Ah sudahlah baca saja ya
“Kamu alay ih, kenapa sih cinta-cintaan itu harus ditulis di sosmed!”
Maaf sayang kalau menurutmu pengungkapan rasa cintaku terhadapmu ini berlebihan, menurutku ini wajar sejujurnya terkadang ada sesuatu yang tidak bisa diungkapkan melalui perkataan langsung, dan entah kenapa aku berusaha positif bahwa suatu saat kamu dan yang membaca status-statusku pasti akan merasakan hal yang sama denganku. Bener deh, ada rasa yang terpuaskan bila diungkapkan dengan tulisan.
“Kamu kenapa sih berlebihan banget. Memangnya aku harus setiap detik setiap saat kasih kabar ke kamu. Aku juga punya kesibukan kali!”
Duh kayanya kali ini kamu yang berlebihan deh, aku tidak bermaksud seperti itu, hanya saja perempuan terkadang hanya ingin merasa penting untuk pasangannya. Tidak setiap detik setiap menit juga harus memberi kabar. Tetapi jika saat ada satu momen yang tidak biasa atau belum biasa kamu alami, coba share ke aku dengan begitu aku merasa menjadi penting dan berarti untukmu, itu salah satu kebahagiaanku sayang.
“Ya ampun Sayang mulai deh berlebihan, gak ngucapin anniversary di bbm aja kamu ngambek, kan bisa nanti pas ketemu ngasih selamatnya..”
Ini bukan masalah bbmnya Sayang, ini kembali menjadi prioritas. Aku tau kamu gak suka cara seperti itu, tapi apa salahnya sih sms atau telepon setelah kamu bangun tidur (jika kamu ingat). Oh iya mengapa aku bilang bukan masalah sms atau bbmnya, ini masalah prioritas kembali lagi apakah aku ini merasa penting buat kamu atau tidak.
“Duh Sayang jangan berlebihan dulu ngomongin pernikahan, kita kan masih muda waktu kita masih panjang..”
Huhuhu, sebenernya sebagai perempuan yang telah pacaran lama mungkin agak sedih mendengar itu. Memang sih kita masih muda, jalan kita masih panjang, tetapi kamu tidak menyadari di balik ucapan itu ada rasa ketidakseriusan. Membicarakan tentang pernikahan saat ini menurutmu berlebihan mungkin yang ada di pikiranmu kita ini belum pasti berjodoh, memang sih jodoh hanya Tuhan yang tahu. Tapi apa aku berlebihan jika aku ingin kamu yang nantinya berdecak haru melihatku mengenakan gaun pengantin dan berjalan ke arahmu?
“Kamu gimana sih, kamu nyuruh aku romantis, tapi pas aku tanya bagaimana caranya kamu tidak tau. Memangnya aku ini bisa baca pikiran kamu? Dasar cewek!..”
Sayang pleaseeee, aku ini memang cewek, gak perlu jadikan gender sebagai alasan untuk sebuah ego. Kamu selalu menyuruh aku bersabar saat menghadapi amarahmu, apakah kamu pernah memberitahuku bagaimana caranya? Tidak. Aku saja yang berinisiatif menemukan cara untuk menghadapi moodmu.
“Kamu jangan berlebihan dong, aku kan gak kasih tau kamu supaya kamu gak marah..”
Ini nih yang bikin aku badmood. Aku engga berlebihan sayang, aku ingin kamu jujur walaupun nantinya aku akan marah, kecewa, kesal, atau nangis sekalipun, yang penting kamu jujur aja dulu. Toh nantinya walaupun kamu tidak memberitahu, aku akan tau dengan sendirinya. Suatu ‘kebenaran’ akan muncul ke permukaan dengan sendirinya walaupun sudah kamu buang ke palung laut.
“Maafin aku Sayang, aku gak bisa romantis.”
Tuh kamu bisa.. Kamu pasti gak menyadarinya kan kalau kamu ternyata bisa romantis. Romantis itu tidak selalu sesuatu yang dilebih-lebihkan, tidak selalu menggunakan materi, tidak melulu puisi atau lagu, dan tidak selalu menggunakan rayuan.
Kamu pasti tau mengapa manusia diciptakan berbeda-beda, dan kamu juga pasti paham sekali mengapa kita dipertemukan dalam banyak perbedaan, aku hitam kamu putih, aku gemuk kamu kurus, aku manis kamu ganteng. Hehehe..
Sayang, dalam suatu hubungan itu harus saling mengisi kekosongan dan saling melengkapi jika ada kekurangan. Aku tidak bermaksud berlebihan, aku hanya berusaha mencintaimu apa adanya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar