Hai masa lalu..
Tidak, aku hanya ingin menyapa..
Berdebukah kau ? Maav aku semakin jarang mengunjungimu. Aku di sibukkan dengan masa kini dan impian masa depan. Tenang saja, aku takkan melupakanmu. Aku hanya.. mungkin akan jarang menengokmu!
Hai masa lalu..
Aku hanya ingin menyapa. Terima kasih pernah ada. Terima kasih pernah
Mnjadi bagian perjalananku. Sedihpun bahagia kisahmu menjadi penguat langkahku di masa kini. Bukankah masa kini adalah hasil rentetan perjalanan masa lalu ?
Maka itu aku berterima kasih..
Hai masa lalu..
Aku pernah jatuh, aku pernah sakit hati.. Tapi sudah aku simpan smua cerita dalam sebuah kotak kenangan, yang kunamakan masa lalu.. Ya KAMU!
Ruangmu mungkin kini gelap. Aku psti akan sering kembali melihat ruangmu,
Namun hanya sebentar. Aku takkan lama-lama, sekedar melihat lagi seperti apa jalan yang kulalui dulu agar aku bisa belajar lagi jika saja di masa kiniku aku lupa atau mungkin lalai menjaga langkahku..
Hai masa lalu..
Lihatkah kau bagaimana aku di masa kiniku ? Bagaimana menurutmu ?
Semoga engkau bangga. Sebab apapun yang kucapai, adalah karena semua pelajaran di masa lalu begitu membekas dan mampu membentukku.
Hai masa lalu..
Mari berdamai! Aku akan belajar mendewasa. Menjadi lebih tangguh di masa kini,
Sebagai penguat langkahku dan pemantap kisahku di masa depan..
❤️ I hope God created me to be a new human being ❤️
Ketika tangan tak mampu memberi, ketika bibir tak dapat menanggapi, dan ketika hati tidak bisa memahami. Bacalah perlahan! Karena alasan tulisan, persembahan hati untuk perasaan.
Minggu, 08 November 2015
Rabu, 01 Juli 2015
SIBUK!
Aku tak pernah sedikitpun mempermasalahkan kesibukan mu. Aku mengerti.. sangat mengerti. Karna bukan hanya kamu sendiri yang memiliki kesibukan, aku juga. Tapi pernah kah aku sesibuk kamu? oke! Aku tau kesibukan kamu memang jauh lebih padat dibanding aku, tunggu dulu deh apa bener kamu sesibuk itu? Atau kamu yang belum bisa membagi waktu sehingga waktumu terkuras habis oleh kesibukan yang sebenarnya tak sesibuk yang kamu lakukan? Ah ntah lah aku malas menerka-menerka dugaan itu.
Sadarkah kamu dengan sikapmu? Pernah kah kamu merasa kamu mengabaikan aku? ku rasa kamu masih punya waktu luang banyak untuk sekedar menemaniku lewat sms atau telfon. Tapi kenapa kamu selalu seolah sibuk ini sibuk itu?! Atau kamu terlalu ingin terlihat SIBUK! Rasanya aku mulai benci dengan kata itu ; sibuk.
Aku disini berusaha sabar loh. Nunggu kabar kamu misalnya. Aku tidak minta banyak hal, aku tidak memaksa kamu untuk menemuiku setiap saat, aku hanya butuh kabar kamu! Cuma itu sederhana kan? sesederhana kamu mengabaikan keinginan ku itu :(
Iya aku tau kamu emang tidak harus selalu memberi kabar padaku, iya aku tau~ tau BANGET. Tapi bisa kah kamu sedikit peka dengan perasaan ku? Aku percaya kamu mengerti benar seperti apa sifat wanita. Kalo gitu bisa kan kamu mengerti perasaan aku? aku Cuma kangen kamu. sederhana kan?
Aku butuh kamu. aku butuh perhatian kamu.
Aku rasa aku sudah sabar loh disaat kamu sibuk, dan sekarang disaat kamu ada waktu luang harus juga kah kamu mengabaikan aku dan membuat ku bersabar lagi?
Aku sangat mengerti lelahmu setelah seharian berkutat dengan kesibukan itu. Tapi bukan kah berbincang dengan ku bisa mengurangi kelelahan mu? Atau berbincang dengan ku malah membuat mu semakin lelah?
Sesibuk itu kah kamu?
hingga kamu lupa bagaimana cara memperhatikan aku
hingga kamu lupa bagaimana cara memperhatikan aku
Sesibuk itu kah kamu?
hingga kamu lupa bagaimana membalas rinduku
hingga kamu lupa bagaimana membalas rinduku
Sesibuk itu kah kamu
hingga kamu memaksaku bersabar dengan setiap pengabaianmu.
hingga kamu memaksaku bersabar dengan setiap pengabaianmu.
Aku mulai kehilangan dirimu sosok kamu, kamu yang ku kenal.
Aku boleh bicara soal dulu. Dulu waktu kamu tak sesibuk ini, Dulu waktu kita masih punya banyak waktu, dulu waktu kesibukan mu tak pernah menjadi alasan mu untuk mengabaikan ku, Dulu waktu kau jauh lebih baik dari sekarang. aku suka caramu dulu, kamu yang bisa membagi waktu antara kesibukanmu dengan aku. Deaaar .. hubungin aku karna kamu butuh aku bukan karna kamu merasa wajib memberi kabar ke aku.
Apa keadaan tlah berubah? Apa kamu yang berubah? Ntahlah apa aku yang terlalu peka dengan keadaan dan perasaan aku atau kamu yang mulai kehilangan kepekaanmu dengan perasaan ku?
Ntahlah memikirkannya hanya membuatku berfikir yang tidak semestinya tentang kamu.
kamu tau? Tak pernah ada hal yang membuatku seperti ini selain kerinduan ku padamu.
Selasa, 24 Februari 2015
Cinta Itu Milikmu Juga
Langkahku gemetar. Kedua kakiku tak sanggup berjalan. Mungkin saja lelah setelah dua hari meninggalkan rumah. Aku diusir. Jangan pernah bertanya mengapa aku diusir. Bisakah dengan 2 dollar mendapatkan rumahku kembali?
Ayahku pergi dengan meninggalkan banyak hutang. Setelah meja-kursi dan lainnya lenyap, kini orang-orang itu mengambil rumahku. Rumah pemberian ibuku. Aku ingin mati agar semua tak lagi kurasakan. Kemana aku harus pergi? Sementara hari sudah malam.
Saat melewati sebuah bangunan tua, aku mendengar tawa anak-anak. Kuperkirakan mereka masih berusia 10 tahun. Aku tak ingin masuk karena memang pintunya tertutup rapat. Aku hanya berteduh sebentar sampai hujan lelah membasahi bumi.
Aku mengeluarkan sebilah pisau lipat dari sakuku. Mungkin akan lebih baik jika aku mati daripada hidup tanpa arah dan tujuan yang pasti.
“Kakak sedang apa di bawah situ?”
Suara gadis kecil itu mengejutkanku. Dia menatapku sesaat lalu mengembangkan senyumnya. Senyum yang penuh kehangatan.
“Hanya berteduh sebentar lalu pergi.”
“Kakak mau pulang?”
“Sepertinya tidak. Kakak tidak punya rumah.”
“Wah, kebetulan sekali. Kami juga tidak mempunyai rumah.”
“Kami?”
“Ya, aku dan kedua adikku.”
Cecilia mengajakku masuk ke dalam bangunan tua itu melalui jendela. Aku terkejut ketika melihat seorang anak laki-laki memeluk seorang bayi. Hanya ada perapian kecil dan juga beberapa potong kain sebagai selimut. Tidak ada yang lain lagi.
“Mereka adikmu?”
“Tentu saja. Jose dan Beatrix.”
“Sudah lama tinggal di sini?”
“Sejak Beatrix lahir.”
“Ayah dan ibumu?”
“Mereka sudah di surga dan kami senang.”
Cecilia bercerita bahwa kedua orang tuanya terbunuh ketika berusaha melawan gerombolan perampok di rumahnya. Mereka hanya bisa berlari dan menangis. Dia hanya mengingat teriakan ibunya, “Bawa pergi kedua adikmu sejauh mungkin!”
“Bagaimana kalian bisa hidup?”
“Kami bekerja di toko kue sebagi tukang cuci.”
“Lalu Beatrix?”
“Aku dan Jose bekerja secara bergantian agar bisa tetap menjaga Beatrix.”
“Kamu tidak sedih?”
“Aku sering mendengar nasihat orang-orang yang ditujukan padaku bahwa kesedihan itu pasti akan berlalu dan memang sudah berlalu dan tak berlaku. Aku tak akan bisa melakukan banyak hal jika aku tetap menangisi kedua orang tuaku.”
“Apa yang akan kamu lakukan untukmu dan kedua adikmu kelak?”
“Aku akan selalu menjaga dan mengajarkan kepada mereka bagaimana cara untuk bisa bersyukur dalam segala keadaan. Sama seperti ketika aku mendengar seorang pendeta berkotbah setiap minggunya.”
“Kamu percaya bahwa Tuhan itu ada?”
“Tentu saja.”
“Apa Tuhan itu baik?”
“Ya.”
“Lalu mengapa Dia membuat hidupmu seperti ini? Kamu ditinggal oleh orang tuamu dan harus hidup dalam kekurangan dan kesusahan. Apa Tuhan mengasihimu?”
Cecilia terdiam. Dia melihat kedua adiknya yang telah tertidur sejak awal pembicaraan kami. Tidak lama kemudian Cecilia menatap kedua mataku.
“Aku memang tidak menginginkan keadaan yang seperti ini. Tuhan juga tidak memberikan kepadaku kehidupan yang seperti dulu dimana aku masih bisa menikmati kekayaan ayahku. Tapi aku begitu yakin bahwa Tuhan mengasihiku. Tuhan membuatku kuat. Ketika aku bersyukur, maka segala kesusahan itu akan lenyap. Aku tak pernah kuatir akan esok hari karena aku percaya bahwa Tuhan selalu menjagaku.”
“Hanya itu?”
“Siapa yang mengajarimu berkata seperti itu?”
“Kehidupan.”
“Apakah Tuhanmu juga mencintaiku?”
“Tentu saja.”
“Aku tidak yakin. Bahkan aku berniat bunuh diri.”
“Oh, aku tahu sekarang.”
“Apa?”
“Tuhan mencintaimu, Kak.”
“Maksudmu?”
“Jika aku tak menemukanmu di depan pintu tadi, mungkin saja kakak sudah mati saat ini.”
“Ya, kamu benar. Jika kamu dan kedua adikmu bisa bertahan hidup…”
“Pastilah kakak bisa lebih baik dari kami.”
Tak banyak kata yang bisa kuucapkan lagi. Aku hanya bisa memeluk Cecilia dengan berurai air mata. Aku menyesali kebodohan dan keputus-asaanku. Tiba-tiba semua beban hidupku lenyap. Pengampunan untuk ayahku pun bisa kulepaskan.
Malam ini, aku tidaklah bertemu dengan seorang gadis kecil biasa. Aku seperti bertemu seorang malaikat dimana dia bisa menjawab semua kekuatiranku. Aku percaya bahwa Tuhan itu ada dan aku melihatnya malam ini.
“Kakak…”
“Ya?”
“Cinta itu… Cinta milik Tuhan Yesus adalah milikmu juga.”
“Pasti.”
Senin, 23 Februari 2015
APA AKU BERLEBIHAN?
Hai kamu. Cerita ini tidak semua fiktif, dan tidak semua terjadi pada aku atau kamu yang saat ini sedang membaca. Hanya saja…. Ah sudahlah baca saja ya :)
“Kamu alay ih, kenapa sih cinta-cintaan itu harus ditulis di sosmed!”
Maaf sayang kalau menurutmu pengungkapan rasa cintaku terhadapmu ini berlebihan, menurutku ini wajar sejujurnya terkadang ada sesuatu yang tidak bisa diungkapkan melalui perkataan langsung, dan entah kenapa aku berusaha positif bahwa suatu saat kamu dan yang membaca status-statusku pasti akan merasakan hal yang sama denganku. Bener deh, ada rasa yang terpuaskan bila diungkapkan dengan tulisan.
“Kamu kenapa sih berlebihan banget. Memangnya aku harus setiap detik setiap saat kasih kabar ke kamu. Aku juga punya kesibukan kali!”
Duh kayanya kali ini kamu yang berlebihan deh, aku tidak bermaksud seperti itu, hanya saja perempuan terkadang hanya ingin merasa penting untuk pasangannya. Tidak setiap detik setiap menit juga harus memberi kabar. Tetapi jika saat ada satu momen yang tidak biasa atau belum biasa kamu alami, coba share ke aku dengan begitu aku merasa menjadi penting dan berarti untukmu, itu salah satu kebahagiaanku sayang.
“Ya ampun Sayang mulai deh berlebihan, gak ngucapin anniversary di bbm aja kamu ngambek, kan bisa nanti pas ketemu ngasih selamatnya..”
Ini bukan masalah bbmnya Sayang, ini kembali menjadi prioritas. Aku tau kamu gak suka cara seperti itu, tapi apa salahnya sih sms atau telepon setelah kamu bangun tidur (jika kamu ingat). Oh iya mengapa aku bilang bukan masalah sms atau bbmnya, ini masalah prioritas kembali lagi apakah aku ini merasa penting buat kamu atau tidak.
“Duh Sayang jangan berlebihan dulu ngomongin pernikahan, kita kan masih muda waktu kita masih panjang..”
Huhuhu, sebenernya sebagai perempuan yang telah pacaran lama mungkin agak sedih mendengar itu. Memang sih kita masih muda, jalan kita masih panjang, tetapi kamu tidak menyadari di balik ucapan itu ada rasa ketidakseriusan. Membicarakan tentang pernikahan saat ini menurutmu berlebihan mungkin yang ada di pikiranmu kita ini belum pasti berjodoh, memang sih jodoh hanya Tuhan yang tahu. Tapi apa aku berlebihan jika aku ingin kamu yang nantinya berdecak haru melihatku mengenakan gaun pengantin dan berjalan ke arahmu?
“Kamu gimana sih, kamu nyuruh aku romantis, tapi pas aku tanya bagaimana caranya kamu tidak tau. Memangnya aku ini bisa baca pikiran kamu? Dasar cewek!..”
Sayang pleaseeee, aku ini memang cewek, gak perlu jadikan gender sebagai alasan untuk sebuah ego. Kamu selalu menyuruh aku bersabar saat menghadapi amarahmu, apakah kamu pernah memberitahuku bagaimana caranya? Tidak. Aku saja yang berinisiatif menemukan cara untuk menghadapi moodmu.
“Kamu jangan berlebihan dong, aku kan gak kasih tau kamu supaya kamu gak marah..”
Ini nih yang bikin aku badmood. Aku engga berlebihan sayang, aku ingin kamu jujur walaupun nantinya aku akan marah, kecewa, kesal, atau nangis sekalipun, yang penting kamu jujur aja dulu. Toh nantinya walaupun kamu tidak memberitahu, aku akan tau dengan sendirinya. Suatu ‘kebenaran’ akan muncul ke permukaan dengan sendirinya walaupun sudah kamu buang ke palung laut.
“Maafin aku Sayang, aku gak bisa romantis.”
Tuh kamu bisa.. Kamu pasti gak menyadarinya kan kalau kamu ternyata bisa romantis. Romantis itu tidak selalu sesuatu yang dilebih-lebihkan, tidak selalu menggunakan materi, tidak melulu puisi atau lagu, dan tidak selalu menggunakan rayuan.
Kamu pasti tau mengapa manusia diciptakan berbeda-beda, dan kamu juga pasti paham sekali mengapa kita dipertemukan dalam banyak perbedaan, aku hitam kamu putih, aku gemuk kamu kurus, aku manis kamu ganteng. Hehehe..
Sayang, dalam suatu hubungan itu harus saling mengisi kekosongan dan saling melengkapi jika ada kekurangan. Aku tidak bermaksud berlebihan, aku hanya berusaha mencintaimu apa adanya..
Langganan:
Postingan (Atom)