Sabtu, 31 Agustus 2013

AKU BERTAHAN UNTUKMU



Aku sebenarnya lelah. Sangat. Tapi entah apa yang selalu menopangku untuk bertahan, cinta? mungkin benar. Entah sesakit apapun luka yang ku derita karena mu, tancapan pisau dan goresan luka hati karena ulahmu aku masih dan selalu berusaha untuk bertahan.

Aku lelah berpura pura tegar, sungguh. Aku bukan wanita yang setegar itu untukmu, sungguh, bahkan kau mengerti seberapa lemahnya aku. Bagaimana air mataku selalu mengalir deras walau hanya karena masalah sepele bersamamu. Kau tau kan?

Mungkin dihadapan mereka (selain kamu) aku adalah sosok yang takkan menangis hanya karena masalah sekuku. Tapi tidak denganmu, aku tak bisa menahan tetesan airmataku, takkan mampu menopang tubuhku, aku lemah jika di depanmu.

Kau melukaiku, apa kau mengerti? Sakit sungguh :’) saat aku harus berjuang sendiri melawan rinduku dalam terpasan dinding pengabaianmu. Aku tak sekuat itu. Kau perlu tahu, mungkin jika aku sama dengan wanita-wanita itu kau takkan melihatku di hidupmu sekarang, aku akan pergi jauh saat kau melukaiku. Tapi aku takkan seperti itu, aku bertahan untukmu. Tolong, hargai usahaku, dengarkan aku.

Kau ingin mencoba menjadi aku? Kau akan tau seberapa besar usahaku untuk tegar. Aku lelah bersembunyi, aku lelah menangis, kau taukan seberapa sering aku menangis? Aku merindukanmu, merindukan dirimu setahun yang lalu :’) orang yang menangis untukku, orang yang berusaha tak membuatku terluka. Kamu berbeda :’) apa kau menyadari satu hal : kau sering menyakitiku. Mungkin aku masih bisa mengerti saat kau sibuk dengan urusanmu, saat kau tak bisa meluangkan waktumu, tapi suatu saat kamu harus mencoba mengerti saat waktunya tiba untukku merasa lelah bertahan.

Malam ini luka ini menganga begitu hebatnya. Mungkin jika bisa digambarkan langsung hatiku sudah tak berbentuk, tercabik cabik penuh darah. Kau tau bagaimana aku merindukanmu malam ini? Dan kau tau bagaimana terlukanya aku malam ini? Mungkin jika aku bukan wanita yang benar-benar mencintaimu, aku takkan segan untuk membiarkanmu pergi dari hidupku. Tapi kamu harus tau! Aku takkan pernah bisa melepasmu :’) ada begitu banyak cinta, ada begitu banyak hal yang membunuh rasa sakitku.

Bisakah kau berubah untukku? Aku tak memintamu menjadi orang lain. Aku tak memintamu untuk menghentikan semua hobby dan aktifitasmu :’) aku takkan melakukan itu. Aku takkan membuatmu berpura pura bahagia di depanku. Aku ingin bahagiamu sempurna. Aku bahagia bersamamu, aku bersyukur punya kamu. Tapi apakah kau bisa membuat bahagiaku bersih dari luka? Aku sudah pernah cukup terluka sebelumnya :’) aku tak mau terus terluka. Aku lelah berjuang sendirian, aku tau kau takkan membiarkanku berjuang sendiri. Kau mencintaiku bukan? Kau menyayangiku kan? Seperti yang sering kau katakan, kau mencintaiku, kau menyayangiku, kau mengasihiku sepenuh hatimu. Aku percaya itu.

Kau pernah berjanji untuk tak membuatku terluka, kau pernah berkata untuk menjadikanku wanita terakhir dalam hidupmu. Izinkan aku untuk mengabulkan itu, izinkan aku benar-benar menjadi wanita terakhir untukmu. Jangan pernah membuatku pergi. Aku mohon pegang erat hatiku, aku merasa kau melepasnya perlahan :’( jangan, jangan lakukan ini :’) bertahanlah bersamaku. Buat aku tegar bersamamu, jangan buat aku memiliki alasan untuk pergi darimu. Aku butuh kamu.

Boleh aku sedikit berkisah? Seandainya bantalku mampu bersuara, mungkin dia akan sering protes. Tiap hari harus basah karena air mata. Seandainya tembok mampu memberikan kesaksian, mungkin dia akan berterus terang bagaimana doaku mengalir tiap malam. Seandainya telinga dan hatimu bisa bekerja lebih ekstra maka kau akan mendengar dan merasakan darahku mengalir dengan menyebut namamu :’) apa aku berlebihan? Tapi itu yang benar benar ku rasa.

Cukup, aku lelah berpura pura kuat. Maaf, aku takkan pernah bisa pergi darimu :’) aku begitu mencintaimu. Mengertilah, sesakit apapun cinta ini membawaku, aku akan terus mengikutinya. Aku percaya kau mencintaiku, seperti aku mencintaimu.

Maaf aku mengoceh terlalu panjang, aku sudah tak bisa berkata kata lewat lisanku. Satu-satunya cara hanya lewat tulisanku :’) kamu jangan marah yah :’) aku Cuma ingin melegakan hatiku. Setidaknya aku lega saat mengeluarkan ini semua :) aku bisa tersenyum, padahal saat aku memulai tulisan ini aku menangis hebat :’)

Aku mencintaimu dengan setulus hatiku, maaf jika sebagai wanita yang kau cintai aku masih banyak kekurangan. Sesungguhnya aku selalu berusaha untuk membuatmu bahagia, aku sangat berusaha mencoba. Tapi kadangkala aku tak tau bagaimana untuk membuatmu bahagia.

Setelah membaca ini, apakah kau masih mau mencintaiku? :’)


( P.D. Sulistia_ )

Selasa, 06 Agustus 2013

CINTA TAK BUTUH PENGORBANAN

Saya masih mengurusi luka yang tergores beberapa minggu yang lalu. Luka yang saya obati sendiri, dengan jemari saya sendiri, dengan perjuangan sendiri. Di hidup ini, harus ada yang datang dan pergi, agar saya paham arti singgah dan menetap. Di hidup ini, harus ada yang tinggal dan menghilang, agar saya tahu yang terbaik pastilah yang tetap tinggal dan tidak akan menghilang; kecuali jika Tuhan mengizinkan "kehilangan".

Saya tak tahu bahwa kebodohan saya bisa begitu berlipat ganda. Saya tak yakin jika ini semua saya lakukan karena saya mencintai dia. Rasanya sangat sulit melupakan sosok yang saya harapkan tetap tinggal tapi ternyata dia pergi. Sungguh sangat berat menghilangkan seseorang yang saya kira akan menetap tapi pada akhirnya dia pergi. Saya, sebagai manusia biasa, hanya bisa berharap pada setiap pertemuan, dan berdoa agar perpisahan tak cepat-cepat merenggut dia dari genggaman saya. Sebagai manusia yang serba terbatas, saya hanya mampu menjaga, saya tak tahu kapan ia akan pergi, kapan dia akan meninggalkan saya.

Perkenalan yang saya pikir akan berujung bahagia ternyata berakhir dengan siksa. Sekarang, saya tak lagi menangisi kehilangan, saya hanya bingung mengapa pertemuan yang begitu singkat bisa memunculkan kesan yang mendalam. Kadang, saya tak sadar, bahwa ketika bibir seseorang mengucap "Hai" sebenarnya saat itu juga saya harus siap pada banyak risiko; risiko kehilangan. Dunia ini penuh teka-teki, sebagai manusia yang mencoba menjawab dengan perasaan dan otak yang terbatas, kadang saya hanya bisa menangkap isyarat-isyarat kecil saja.

Dengan membawa sisa hati yang remuk, saya disadarkan oleh kicauan Sudjiwo Tedjo, salah satu sosok yang saya kagumi. Jemarinya yang ajaib menulis "Cinta tak perlu pengorbanan. Saat kamu mulai berasa berkorban, saat itu juga cintamu mulai pudar." Ah, betapa kalimat ini begitu menyentak saya. Memang, seringkali ketika berbuat untuk seseorang, manusia menyebut hal itu adalah pengorbanan. Begitu juga ketika saya mencintai dia. Saya tak tahu pasti apakah saya memang berkorban untuk dia atau sakit hati saya terlalu besar, hingga pada akhirnya, setelah saya dan dia tak lagi bersama, saya menyatakan diri bahwa saya telah berkorban banyak untuknya. Apakah cinta saya pudar? Oh, betapa manusia berbeda dengan Tuhan, yang tak pernah ungkit-ungkit pengorbananNya di kayu salib, yang tak pernah bilang betapa sakitnya lambung yang ditusuk dengan tombak, dan betapa perihnya mahkota duri yang tersemat di kepala. 

Saya sedang merapikan hati saya yang patah. Mencoba menyambungkan mozaik-mozaik yang terlepas karena kebodohan saya sendiri. Lalu, saya berpikir sekali lagi, apakah benar cinta saya padanya telah pudar? Iya, sekarang sudah pudar, karena pada akhirnya saya merasa berkorban untuknya. Pada akhirnya, saya, yang sedang berusaha menghilangkan cinta, mengingat banyak perbuatan, yang (tiba-tiba) saya sebut pengorbanan. Apakah cinta saya tak tulus?

Pengorbanan biasanya dilakukan meskipun kamu kesakitan. Tapi, ketika jatuh cinta; ketika kaumasih terbangun tengah malam hanya untuk mendengar suaranya, saat kaumenunggunya menyelesaikan tugas, manakala pesan singkatnya kaunanti— kautak pernah merasa disakiti. Semua dilakukan atas dasar cinta, kaumencintainya maka kaubersedia menunggunya. Kaumencintainya, maka kauizinkan dirimu terus menanti, meskipun pada akhirnya dia tak menjadikanmu tujuan. Bukankah air matamu untuknya tetap kaupandang sebagai keindahan, kaumenangis karena mencintainya, bukan karena kaumerasa berkorban.

Lucu, ya, betapa kata pengorbanan yang sering kita anggap sepele ternyata bisa begitu magis ketika digali. Saya sudah sering disakiti begini. Sudah tahu rasanya dicintai, namun pada akhirnya dia memilih pergi bersama teman saya sendiri. Sudah tahu rasanya diterbangkan tinggi, namun tiba-tiba dihempaskan begitu saja. Lantas, walaupun kita seringkali merasa disakiti, mengapa rasa sakit itu tak pernah membuat kita kapok untuk jatuh cinta lagi?

Betapa kekuatan cinta bisa membebaskan kita dalam banyak hal, melupakan "rasa sakit" yang seringkali diucapkan orang-orang sekitar kita, ketika mereka menasehati; bahwa segalanya harus diakhiri. Ya, cinta soal keikhlasan, tak pernah merasa berkorban. Cinta tak butuh alasan, karena ketika pada akhirnya kautemukan alasan untuk mencintainya, maka cintamu pudar. 

Cinta tak butuh pengorbanan. Apapun yang kaulakukan untuknya adalah dasar karena kauinginkan dia bahagia. Termasuk ketika kaubiarkan ia pergi, namun wirid dan ucap doamu masih mengiringinya.